My Sony Ericsson W700i
| Posted in Begin What's Next, Milestone | Posted on 08.28
0
kartu di atas lah yang ku perlihatkan kepada mbak yang menjaga counter O*E Sh*p di sebuah mall di jakarta.
"mbak, ini saya mau minta tolong potongin kartunya"
"baik mas saya ambil kartunya ya. lho ini kartu luar negeri mas?"
"haaaaa?!"
"satelindo itu dari mana ya?chip nya juga besar.."
"hooooaaaaaa....???!!!" hoa ku terhenti ketika mbak disebelah mbak yang masih terkesima akan penampakan kartu "luar negeri" merespon dengan baik.
"kartu ini kartu lama mas, chipnya masih besar. kalau kita potong, chipnya juga ikut kepotong. (sambil mencontohkan perbandingannya). mas harus ke galeri indosat untuk minta ganti kartu, lalu baru bisa dipotong."
"hooo...baik mbak, terimakasih ya"
tebakanku, pada tahun 2003 yang lalu,ketika satelindo masih terpampang -bukan indosat- mbak pertama yang melayaniku masih berumur 8-10 tahun.
dan akhirnya, setelah mengikuti saran mbak kedua tadi, urusanku berpindah ke galeri indosat. tanpa proses yang ribet, akhirnya aku tahu bahwa mustahil untuk menyimpan sim card ini sembari memiliki sim card yang baru.
"buat kenang2an ya mas?"
"iya mbak, sudah bersama saya semenjak tahun 2003. itu sudah 10 tahun yang lalu lho mbak."
"kalau handphonenya, sudah dari kapan mas?"
"dari 2006 mbak. itu berarti sudah 7 tahun ya mbak?"
mbaknya ngitung..7..8..9..10..11..12..13..
"iya mas, sudah 7 tahun. pantes penampakan handphonenya udah kayak begini mas"
"iya mbak, bagaikan singa di afrika, setiap goresan yang terlihat maupun tidak adalah bukti perlawanan dia terhadap dunia yang kami jalani. selama 7 tahun ini, dia cuma cuti 2 minggu mbak. itu juga karena melindungi paha saya dari tusukan aspal2 kasar ketika saya jatuh dari motor sekitar tahun 2007 atau 2008. saya bawa ke tempat service, di sana dia 2 minggu. recovery. alhamdulillah, recovery-nya sukses. jatuh dari ketinggian 30 cm sampai 1.5 meter dia pernah. malah pernah terjun bebas ketika saya ga hati2 menyimpan dia di saku jaket dengan kantong terbuka. lagi bawa motor saya mbak, kecepatan 30 km/jam lah. lagi di jalan komplek gitu. jalanannya beton. tiba2 dari arah kanan saya ada yang manggil sambil nyetir juga, mas ini handphonenya jatuh sembari menyerahkan dia ke saya. setelah saya berterimakasih, saya berhenti melihat kondisinya. luka goresannya bertambah, tapi dia sehat.
pernah juga ketika hujan deras, saya lagi dimotor, tiba2 dia bergetar di paha saya, memberikan isyarat bahwa ada yang telpon. saya memang sedang janjian dengan orang makanya saya harus jawab panggilan orang itu. saya berhenti, saya rogoh2 kantong, saya jawab panggilannya dalam hujan. setelah selesai berbicara, saya letakkan dia kembali di dalam kantong celana yang kemudian dilindungi oleh celana anti air. sesampai dirumah, saya pijit tanda * nya, mau membuka kuncinya. tapi yang keluar layar putih, juga ditemani seperti bercak2 air. di saat itu saya langsung menyesal, berpikir harusnya jangan seperti ini kalau mau pensiun. pensiun lah dengan terhormat. bagai pemain sepakbola yang sudah menjadi legenda, akan lebih baik pensiun dengan kebanggaan sambil berlari2 kecil mengelilingi lapangan menerima penghargaan dari fans setia daripada harus ditandu keluar lapangan untuk menghadapi kenyataan bahwa dia sudah tidak bisa bermain lagi. saya kemudian membuka tutupnya, mencabut batere nya dan membenamkan dia bersama beras. saya tinggalkan sekitar 2 jam disana. alhamdulillah, dia keluar dengan segar. berfungsi dengan baik tanpa kekurangan apapun."
"hidupnya berat ya"
"iya mbak. alhamdulillah saya dapat rezeki handphone buat nggantiin perannya selama ini. mungkin memang inilah waktu yang tepat untuk dia pensiun."
"ini mas, sim card mas yang lama sudah nonaktif. sim card yang baru silahkan mas masukkan kira2 sejam dari sekarang. boleh lebih ga boleh kurang. nanti ada pilihan2, mas pencet2in OK aja."
"baik mbak, terimakasih"
maka di hari itu adalah hari terakhir masa baktimu kepadaku. terimakasih kuucapkan kepadamu atas tahun2 pengabdianmu, jasa2mu menghantarkan pesan2ku. pengingatku dalam kealpaan ku.membangunkanku dalam tidurku.
pagi hari di hari berikutnya, tanpa sim card berada dalam dirimu dan kutinggalkan kau dalam keadaan non aktif, kau masih tetap misuh2 meneriakkan alarmmu, membangunkan kami. aku tahu, aku hanya lupa mematikan alarmmu. tapi pada mindset ku sekarang, yang sudah bersiap mental akan pensiunnya dirimu, adalah sebuah hal yang luar biasa kau lakukan itu. aku anggap kau masih belum mau pensiun seutuhnya.
terimakasih...
"mbak, ini saya mau minta tolong potongin kartunya"
"baik mas saya ambil kartunya ya. lho ini kartu luar negeri mas?"
"haaaaa?!"
"satelindo itu dari mana ya?chip nya juga besar.."
"hooooaaaaaa....???!!!" hoa ku terhenti ketika mbak disebelah mbak yang masih terkesima akan penampakan kartu "luar negeri" merespon dengan baik.
"kartu ini kartu lama mas, chipnya masih besar. kalau kita potong, chipnya juga ikut kepotong. (sambil mencontohkan perbandingannya). mas harus ke galeri indosat untuk minta ganti kartu, lalu baru bisa dipotong."
"hooo...baik mbak, terimakasih ya"
tebakanku, pada tahun 2003 yang lalu,ketika satelindo masih terpampang -bukan indosat- mbak pertama yang melayaniku masih berumur 8-10 tahun.
dan akhirnya, setelah mengikuti saran mbak kedua tadi, urusanku berpindah ke galeri indosat. tanpa proses yang ribet, akhirnya aku tahu bahwa mustahil untuk menyimpan sim card ini sembari memiliki sim card yang baru.
"buat kenang2an ya mas?"
"iya mbak, sudah bersama saya semenjak tahun 2003. itu sudah 10 tahun yang lalu lho mbak."
"kalau handphonenya, sudah dari kapan mas?"
"dari 2006 mbak. itu berarti sudah 7 tahun ya mbak?"
mbaknya ngitung..7..8..9..10..11..12..13..
"iya mas, sudah 7 tahun. pantes penampakan handphonenya udah kayak begini mas"
"iya mbak, bagaikan singa di afrika, setiap goresan yang terlihat maupun tidak adalah bukti perlawanan dia terhadap dunia yang kami jalani. selama 7 tahun ini, dia cuma cuti 2 minggu mbak. itu juga karena melindungi paha saya dari tusukan aspal2 kasar ketika saya jatuh dari motor sekitar tahun 2007 atau 2008. saya bawa ke tempat service, di sana dia 2 minggu. recovery. alhamdulillah, recovery-nya sukses. jatuh dari ketinggian 30 cm sampai 1.5 meter dia pernah. malah pernah terjun bebas ketika saya ga hati2 menyimpan dia di saku jaket dengan kantong terbuka. lagi bawa motor saya mbak, kecepatan 30 km/jam lah. lagi di jalan komplek gitu. jalanannya beton. tiba2 dari arah kanan saya ada yang manggil sambil nyetir juga, mas ini handphonenya jatuh sembari menyerahkan dia ke saya. setelah saya berterimakasih, saya berhenti melihat kondisinya. luka goresannya bertambah, tapi dia sehat.
pernah juga ketika hujan deras, saya lagi dimotor, tiba2 dia bergetar di paha saya, memberikan isyarat bahwa ada yang telpon. saya memang sedang janjian dengan orang makanya saya harus jawab panggilan orang itu. saya berhenti, saya rogoh2 kantong, saya jawab panggilannya dalam hujan. setelah selesai berbicara, saya letakkan dia kembali di dalam kantong celana yang kemudian dilindungi oleh celana anti air. sesampai dirumah, saya pijit tanda * nya, mau membuka kuncinya. tapi yang keluar layar putih, juga ditemani seperti bercak2 air. di saat itu saya langsung menyesal, berpikir harusnya jangan seperti ini kalau mau pensiun. pensiun lah dengan terhormat. bagai pemain sepakbola yang sudah menjadi legenda, akan lebih baik pensiun dengan kebanggaan sambil berlari2 kecil mengelilingi lapangan menerima penghargaan dari fans setia daripada harus ditandu keluar lapangan untuk menghadapi kenyataan bahwa dia sudah tidak bisa bermain lagi. saya kemudian membuka tutupnya, mencabut batere nya dan membenamkan dia bersama beras. saya tinggalkan sekitar 2 jam disana. alhamdulillah, dia keluar dengan segar. berfungsi dengan baik tanpa kekurangan apapun."
"hidupnya berat ya"
"iya mbak. alhamdulillah saya dapat rezeki handphone buat nggantiin perannya selama ini. mungkin memang inilah waktu yang tepat untuk dia pensiun."
"ini mas, sim card mas yang lama sudah nonaktif. sim card yang baru silahkan mas masukkan kira2 sejam dari sekarang. boleh lebih ga boleh kurang. nanti ada pilihan2, mas pencet2in OK aja."
"baik mbak, terimakasih"
maka di hari itu adalah hari terakhir masa baktimu kepadaku. terimakasih kuucapkan kepadamu atas tahun2 pengabdianmu, jasa2mu menghantarkan pesan2ku. pengingatku dalam kealpaan ku.membangunkanku dalam tidurku.
pagi hari di hari berikutnya, tanpa sim card berada dalam dirimu dan kutinggalkan kau dalam keadaan non aktif, kau masih tetap misuh2 meneriakkan alarmmu, membangunkan kami. aku tahu, aku hanya lupa mematikan alarmmu. tapi pada mindset ku sekarang, yang sudah bersiap mental akan pensiunnya dirimu, adalah sebuah hal yang luar biasa kau lakukan itu. aku anggap kau masih belum mau pensiun seutuhnya.
terimakasih...