Memandang Dari Perspektif yang Berbeda
| Posted in Begin What's Next, kompetiblog, Milestone, studi di belanda | Posted on 01.34
1
Cerita ini ditulis berdasarkan kisah nyata.
Barusan saya menempuh perjalanan singkat, hanya 20 menitan lebih, dari Depok ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Kenapa bisa hanya 30 menitan? karena hari ini hari Jumat pada pukul 00.30 WIB.
Saya pake taksi, yang berwarna biru. Tiba-tiba teringat perkataan teman kantor saya, "coba lo pancing aj, tanya,udah berapa lama jadi sopir taksi pak? udah deh, dari sana semua keluaaaaarr.."
Yap, itu katanya, dan itu yang saya lakukan barusan tadi itu.
"Brapa lama sudah kerja disini Mas?" (tampangnya masih muda)
"Saya belum lama Pak,
(itu bukan berarti tampang saya sudah tua, dia hanya bersikap sopan terhadap pelanggan -hihihi- )
baru empat tahun."
"Hoo..empat tahun itu belum lama ya pak?"
Pembicaraan terus berlanjut, hingga pada cerita dia tentang pengalamannya pernah bekerja di pabrik Garmen Korea, Jepang, dan China.
Dari pembicaraan itu, dia mulai bercerita lebih lagi, ke permasalahan dunia dan negara kita.
"Negara kita aneh Pak. Katanya juara Olimpiade Matematika, Olimpiade Fisika, dsb, tapi kok ga mau membayar orang-orang pintar itu untuk memajukan bangsa? Yang ada sekarang, duit keluar buat ngbayar gaji-gaji orang yang ga penting."
"Banyak lho pak, orang2 pinter kayak Pak Habibie. Tapi disini, mereka seperti tidak dihargai. Ya itu tadi, buat ngebayar yang ga penting semua." dia mengulang perkataannya, dengan nada semakin kesal.
"Lihat pesawat yang dibuat ama otaknya Pak Habibie, N-250 Gatot Kaca misalnya, sekarang sudah ga ada lagi. Kalau menurut saya, wajar pak Habibie disana, bukan di Indonesia. Skill nya dia dijaga dan lebih dihargai disana ketimbang disini."
"DEGH" --> itu jantung saya berdetak kencang
Kau bisa belajar dari siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Saya juga berpikir hal yang sama. Saya berpikir negara kita tidak terlalu menghargai jasa para ilmuwannya, para peneliti, atau yang lainnya.
Tapi jika kau berada di taksi yang sama dengan saya waktu itu, dengan waktu dan posisi yang sama, di dalam taksi itu, kau akan tahu betapa semangat dan geramnya dia bercerita tentang hal ini. Kau akan tau betapa tingginya jiwa nasionalismenya.
Lalu apa hubungannya dengan tema “Dutch innovation, in my opinion” ?
Belanda, tidak dipungkiri lagi, adalah negara maju, maju teknologinya, budayanya (meskipun tetap menghargai budaya leluhur), ekonominya, pendidikannya, olahraganya, seninya, ARSITEKTURnya (ini saya besarkan tulisannya, bukan karena saya ingin membahas arsitektur, tapi karena saya bekerja di bidang arsitektur-hihihi), dsb. Sebutkan saja. Besar kemungkinan Belanda adalah salah satu yang terdepan dibidang yang kau mau.
Bagi anda yang seorang ilmuwan, sastrawan, seniman, arsitek (ga perlu saya besarkan lagi huruf-hurufnya), politikus, olahragawan, mahasiswa, ekonom, insinyur, dosen, atlet, atau apapun profesi anda, jika anda ingin tahu lebih jauh tentang Belanda dan inovasi-inovasinya buat dunia, anda bisa lihat disini.
Sudah di klik?
bagi yang belum, tolong klik link diatas terlebih dahulu.
Heran?
Jangan.
Bukankah jika anda ingin tahu apapun di zaman sekarang, anda tinggal klik situs pencari no.1 di dunia itu, lalu berbagai informasi berdesakan dalam antrian untuk masuk ke otak anda?
Kenapa saya menampilkan situs itu?
Kenapa bukan situs yang menerangkan tentang ilmu pasti atau ilmu sosial yang berasal dari Belanda untuk dunia?
Saya bisa saja mengetik di situs tersebut keyword berupa "Rotterdam the city of modern architecture"
Results 1 - 10 of about 70,300 for Rotterdam the city of modern architecture. (0.25 seconds)
Ada sekitar 70.300 artikel tentang keyword yang saya ketik.
Lalu kenapa saya tidak memilih salah satunya untuk dibahas disini?
Karena, setelah mas sopir taksi tadi berceletuk seperti yang anda bisa baca diatas, saya jadi berpikir, untuk apa ada inovasi dari negara lain, kalau kita disini hanya mencari artikel, membaca, dan sudah. Selesai begitu saja.
Saya bukan bermaksud bahwa artikel-artikel yang ada tidak penting.
Saya hanya menempatkan pandangan kita dari sisi yang berbeda.
Saya juga merasa tidak berhak, dari sekian puluh atau ratus profesi, kelompok, daftar, bidang, ilmu pengetahuan di dunia, saya merasa tidak berhak untuk hanya menampilkan arsitektur di tulisan saya kali ini.
Jika yang membaca tulisan ini alergi dengan tulisan arsitektur, apakah dia akan terus membaca sampai selesai?
Belum tentu.
Jika saya mengambil tema lain, tentang novel Sherlock Holmes misalnya, apakah mereka yang tidak suka cerita-cerita detektif akan tertarik untuk membacanya?
Tidak tahu.
Intinya menurut saya, begitu banyak pengaruh Belanda kepada dunia.
Begitu banyak inovasi Belanda yang terkenal dan mendunia.
Dan semua berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Dan tulisan saya sekarang, bukan untuk kalangan terbatas yang ingin membaca bidang arsitektur atau sastra. Ini tulisan untuk semua masyarakat, yang merasa Belanda memang berinovasi untuk dunia.
Apa saja inovasinya?
Silahkan cari di situs pencari, sesuai bidang yang anda minati.
Kembali ke mas sopir taksi tadi.
"Banyak lho pak, orang2 pinter kayak Pak Habibie. Tapi disini, mereka seperti tidak dihargai. Kalau menurut saya, wajar pak Habibie disana, bukan di Indonesia. Skill nya dia dijaga dan lebih dihargai disana ketimbang disini."
Apa yang saya tangkap dari perkataan sederhana diatas adalah, sudah saatnya kita, masyarakat Indonesia belajar inovasi yang menurut saya terlupakan di search engine tersebut.
Berusaha lebih.
Delta Works Belanda tak akan pernah bisa berhasil kalau mereka tidak mau berusaha lebih keras lagi untuk mengatasi masalah mereka. Negara yang berada dibawah permukaan laut. Negara yang topografinya seperti kuali. Jika anda tak kenal Belanda, anda pasti berpikir, mana bisa ada kehidupan yang kotanya berada di bawah permukaan laut?
Tapi nyatanya?
Itu contoh yang positif. Masih banyak contoh-contoh lain yang bisa kita cari, sesuai minat kita, apabila kita berusaha lebih untuk mencari apa yang kita mau.
Coba saya lanjutkan ke contoh yang mungkin ada orang memandang ini sebagai contoh yang tetap positif.
Red Light District.
Nama itu cuma istilah. Kalau di Indonesiakan, artinya mungkin kurang lebih seperti Lokalisasi.
Apakah cuma Belanda yang punya lokalisasi?
Tidak, itu di Indonesia juga ada.
Lalu kenapa Red Light District begitu terkenal sampai ke level dunia?
Karena publikasi yang luar biasa saya pikir.
Mengekspose sesuatu yang berbeda dari pemikiran orang kebanyakan, sepertinya itu sebuah daya tarik bagi setiap manusia.
Kembali lagi, itu adalah sebuah usaha berpikir lebih dari otak manusia.
Dalam hal ini, orang Belanda.
Saya memandang hal ini dari segi positifnya, bukan dari apa yang ditampilkan disana, tapi dari idenya. Ide untuk mengembangkan sesuatu diluar kebiasaan manusia ataupun dunia.
Ini.
Inilah inovasi yang saya pikir, yang menurut pendapat saya, adalah inovasi terbesar dari negeri Belanda, negeri oranye, negeri asalnya Total Football, negeri kincir angin, negeri arsitektur modern, negara asal Christien Meindertsma.
Pola pikirnya.
Penghargaannya terhadap anak negerinya sendiri.
Penghargaannya terhadap ilmu pengetahuan.
Yang akhirnya, membawanya kepada penghargaan yang diberikan dunia untuknya.
Hanya bermulai dari hal yang sederhana namun sulit.
Usaha kerasnya untuk terlepas dari keterbatasan.
Sekian.
"Kita bisa belajar dari siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Kita bisa lakukan itu untuk Indonesia.
Saya ingin belajar hal itu di Belanda"
*terimakasih kepada mas sopir taksi, yang namanya lupa saya catat tadi.celotehmu tentang ekonomi dan politik sepanjang perjalanan tadi, benar-benar membuang saya pusing sekaligus terkesima. dan karena itu, tulisan ini tercipta.
*terimakasih kepada teman saya yang jauh di Malaysia yang menuntut ilmu untuk menjadi seorang musisi berkualitas atas penjelasannya tentang Red Light District.
*tolong jangan hakimi saya dengan berpikir saya adalah pelanggan setia sebuah tempat lokalisasi :D, saya hanya memandang idenya :)
*oh ya, teman saya juga bukan pelanggan setia Red Light District atau lokalisasi lain kok :p
Postingan dengan sopir taksi lainnya pernah saya buat disini